MODEL DAN PERILAKU ORGANISASI
Mata Kuliah:
Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi
Dosen Pembimbing:
Dr.
Hari Sunaryo, M.Si.
Disusun oleh:
1.
Umi
Kulsum Nim. : 201210240211080
2.
Supaat Nim. : 201210240211056
MAGISTER KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia hidup tidak dapat lepas dari
organisasi. Oleh karena itu, dalam sebuah organisasi penting sekali memahami
perilaku individu atau kelompok dalam suatu organisasi. Perilaku organisasi (PO)
merupakan bidang ilmu yang mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan tentang
bagaimana manusia berperan atau berperilaku atau bertindak di dalam organisasi
(Davis&Newstrom, 1995). Dengan demikian, perilaku organisasi merupakan
bagian penentu keberhasilan suatu organisasiuntuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Berdasarkan kenyataan
tersebut maka pembahasan tentang perilaku organisasi perlu dilakukan agar suatu
organisasi mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam makalah ini akan
diuraikan beberapa materi yang berkaitan dengan model, motif dan perilaku
individu atau kelompok dalam suatu organisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka dapat dirumudkan menjadi beberapa hal:
1.
Apa
sajakah model dan perilaku dalam suatu organisasi?
2.
Apa sajakah Motif dan Perilaku Individu
dan Kelompok dalam Organisasi Kelompok?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah agar lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
teori tentang model dan perilaku individu atau kelompok.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Model dan Perilaku Organisasi
Menurut
Davis dan Newstorm (1995) , ada empat model perilaku organisasi yang
menunjukkan evolusi pemikiran dan perilaku pada bagian manajemen dan manajer.
Empat model atau kerangka kerja organisasi adalah:
- Otokratis – Dasar dari model ini adalah
kekuatan dengan orientasi manajerial otoritas. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi terhadap ketaatan dan ketergantungan pada bos.
Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah subsisten. Hasil kinerja minimal.
- Kustodian – Dasar dari model ini adalah
sumber daya ekonomi dengan orientasi manajerial uang. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi pada keamanan dan manfaat dan ketergantungan pada
organisasi. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah keamanan. Hasil
kinerja adalah kerjasama pasif.
- Mendukung – Dasar dari model ini adalah
kepemimpinan dengan orientasi manajerial dukungan. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi terhadap prestasi kerja dan partisipasi. Kebutuhan
karyawan yang terpenuhi adalah status dan pengakuan. Hasil kinerja
terbangun drive.
- Kolegial – Dasar dari model ini adalah
kemitraan dengan orientasi manajerial kerja sama tim. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi ke arah perilaku yang bertanggung jawab dan
disiplin diri. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah aktualisasi diri.
Hasil kinerja adalah antusiasme moderat.
Penjelasan masing-masing dari
keempat model tersebut dapat dilihat pada table berikut ini:
|
Autokratis
|
Kustodial
|
Suportif
|
Kolegial
|
Dasar
model
|
Kekuasaan
|
Sumber
daya ekonomi
|
Kepemimpinan
|
Kemitraan
|
Orientasi
manajemen
|
Wewenang
|
Uang
|
Dukungan
|
Kerja tim
|
Orientasi
pegawai
|
Kepatuhan
|
Rasa aman
dan maslahat
|
Prestasi
kerja
|
Tanggung
jawab
|
Dampak
psikologis bagi pegawai
|
Bergantung
pada boss
|
Bergantung
pada organisasi
|
Keikutsertaan
|
Disiplin
diri
|
Kebutuhan
pegawai yang terpenuhi
|
Nafkah
hidup
|
Rasa aman
|
Status dan
pengakuan
|
Perwujudan
diri
|
Hasil
prestasi
|
Minimum
|
Kerja sama
pasif
|
Penyadaran
|
Antusiasme
moderat
|
B.
Motif
dan Perilaku Individu dan Kelompok dalam Organisasi Kelompok
1.
Motivasi
Dalam Organisasi
1) Menurut
Walgito (2002) Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti
bergerak atau tomove yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang
mendorong untuk berbuat (driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri
sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi.
2) Menurut
Caplin (1993) motif adalah suatu keadaan ketegangan didalam individu yang
membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau
sasaran. Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu
terhadap situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).
3) Sedangkan
menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam
yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan
atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.
4) Menurut
Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang,
yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan
hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara
Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan
akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam Mahmud, 1990).
5) MC.
DOnald (dalam Hamalik, 1992) menjelaskan motivasi sebagai suatu perubahan
energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan
dengan motivasi yaitu:
a.
Motif dimulai dari adanya perubahan
energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan
menimbulkan motif lapar.
b.
Motif ditandai dengan timbulnya perasaan
(afectif arousal), misalnya karena amin tertarik dengan tema diskusi
yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.
c.
Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk
mencapai tujuan. Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah
keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak.
latihan atau kegiatan lainnya yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif,
afektif dan psikomotorik pada individu yang bersangkutan.
2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
1. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa
sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2. Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang
terdiri dari :
a) Lingkungan
sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga
dan teman sekolah.
b) Lingkungan
non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal
dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain.
Menurut Stephen Robbins
(2012:11), perilaku organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki pengaruh
yang dimiliki individu, kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam
berorganlisasi kyang bertujuan meningkatkan
keefektifan suatu organisasi. Dalam proses berjalannya suatu organisasi
tidak bisa terlepas dengan perilaku individu, karena organlisasi merupakan
sekumpulaln individu yang membentuk kelompok dengan visi misi yang sama. sedangkan
Perilaku individu dalam Gibson (1995:125) adalah perilaku atau interaksi yang
dilakukan oleh manusia atau individu di
lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang
berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu perlunya
suatu organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat terpenuhi dengan
bekerja sama antar individu. Perilaku individu akan membentuk pada perilaku
organisasi.
Dalam berorganisasi
individu memiliki perannya masing-masing, perilaku individu dalam berorganisasi
diantaranya:
1.
Produktifitas kerja
2. Kepuasan
kerja
3. Tingkat
absensi
4. Tingkat
turnover
3. Perbedaan Individual
Perbedaan individual
berasal dari perbedaan sifat yang dimiliki oleh setiap individu yang berasal
dari pengaruh lingkungan yang berbeda, dan itu merupakan sifat manusia yang
tidak dapat dipungkuri, karena manusia memiliki perbedaan perilaku maka
kemampuan yang dimiliki pun berbeda
sehingga setiap manusia membutuhkan kerjasama antara satu dengan yang lainnya agar
dapat mencapai tujuan dari masing-masing individu tersebut, dengan kata lain
dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun setiap individu mempunyai perbedaan
namun pada hakikatnya mereka bisa bersama atau bersatu dalam mencapai tujuan
yang berbeda dalam suatu wadah yang biasa disebut organisasi. Robbin (2006).
Untuk memahami perilaku
individu dapat menggunakan pendekatan yang dikelompokan menjadi tiga
pendekatan, yaitu:
1.
Pendekatan kognitif adalah bahwa suatu
perilaku oleh suatu rangsangan, dimana perilaku individu terjadi atau timbul
dikarenakan adanya rangsangan sehingga timbulah respon atas rangsangan
tersebut, contohnya jika kita bertemu dengan teman dan kemudian dia bersikap
baik terhadap kita tentu saja kitapun akan bersikap baik pula.
2.
Pendekatan penguatan adalah bahwa suatu perilaku dipengaruhi oleh
gerakan reflex yang digerakan oleh system syaraf motorik yang ada di otak kita,
contohnya jika tangan kita terkena api
maka secara otomatis kita menjauhkan atau menarik tangan dari api tersebut.
3.
Pendekatan psikoanalitis
adalah bahwa perilaku dipengaruhi oleh kepribadiannya, sedangkan
individu yang memiliki pribadi yang baik adalah individu yang telah matang
yaitu orang yang dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya
dan lingkungannya, orang yang tidak semata-mata mementingkan kepentingan
pribadinya saja melainkan mementingkan kepentingan lingkungannya. Studi
mengenai perbedaan individu seperti sikap, persepsi dan kemampuan membantu
seorang manajer dalam menjelaskan perbedaan tingkat-tingkat kinerja. Ada beberapa poin yang harus dipahami dari sebuah perilaku sebagaimana dijelaskan
dalam Gibson (1998:126) yakni:
1.
Perilaku adalah akibat
2.
Perilaku diarahkaln oleh tujuan
3.
Perilaku yang bisa diamati dapat diukur
4.
Perilaku yang tidak dapat secara
langsung diamati (misalnya, berfikir dan mengawasi) juga penting dalam mencapai
tujuan.
5.
Perilaku dimotivasi/didorong.
PERILAKU INDIVIDU DAN SUMBANGAN BERBAGAI DISIPLIN
KEILMUAN
Perilaku
Kelompok Dalam Organisasi
Perilaku
Organisasi merupakan suatu bidang studi yang menyelidiki dampak oleh individu,
kelompok dan struktur terhadap perilaku didalam organisasi, kemudian menerapkan
pengetahuan tersebut agar organisasi itu bekerja dengan lebih efektif.
Khususnya organisasi perilaku memfokus pada bagaimana memperbaiki
produktivitas, mengurangi kemangkiran dan tingkat keluarnya karyawan dan
meningkatkan kepuasan kerja. Menurut Robbins dan Colter (2003) bahwa kelompok
adalah gabungan atau kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi dan
saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
Kelompok
menurut Robbin (2003) adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu
sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut .
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan
masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Kelompok Formal dan Informal
dalam organisasi
Kelompok-kelompok di
dalam organisasi secara sengaja direncanakan atau sengaja dibiarkan terbentuk
oleh manajemen selaku bagian dari struktur organisasi formal. Kendati begitu,
kelompok juga kerap muncul melalui proses sosial dan organisasi informal.
Organisasi informal muncul lewat interaksi antar pekerja di dalam organisasi
dan perkembangan kelompok jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma
perilaku mereka sendiri, kendati tidak digariskan lewat struktur formal
organisasi. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara kelompok formal dan
informal.
Kelompok
Formal – Kelompok ini dibangun selalu akibat dari pola
struktur organisasi dan pembagian kerja. Contohnya, pengelompokan
kegiatan-kegiatan pekerjaan yang relatif serupa ke dalam satu kelompok.
Kelompok ini merupakan hasil dari sifat teknologi yang diterapkan perusahaan
dan berhubungan dengan cara bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Kelompok juga
terjadi tatkala sejumlah orang pada tingkat atau status yang sama dalam
organisasi memandang diri mereka sebagai satu kelompok. Contoh, kepala-kepala
departemen suatu perusahaan industri baja, atau kepala-kepala dinas suatu
kabupaten, atau guru-guru. Kelompok
formal tercipta untuk mencapai tujuan organisasi. Kelompok ini sangat
memperhatikan aspek kegiatan kerja yang terkoordinasi. Orang-orang disatukan
bersama berdasar peran yang telah ditentukan di dalam struktur organisasi.
Sifat pekerjaan adalah aspek dominan dari kelompok formal. Sasaran pekerjaan
kelompok tersebut diidentifikasi oleh manajemen. Setelah sasaran ini dibentuk,
segera menyusul pembentuk aturan-aturan, hubungan, dan norma perilaku di
kelompok tersebut. Kelompok formal cenderung permanen, kendati terdapat
perubahan keanggotaan aktualnya. Kendati demikian, kelompok formal temporer ini
juga diciptakan oleh manajemen, misalnya pembentukan tim-tim berorientasi
proyek dalam organisasi yang bercorak matriks. Kelompok kerja formal dapat
dibedakan lewat sejumlah cara, semisal berdasar keanggotaan, tugas yang dilakukan,
sifat teknologi, atau posisi di dalam struktur organisasi.
Kelompok
Informal – Di dalam struktur organisasi formal, selalu terdapat
struktur informal. Setiap struktur organisasi formal, khususnya seputar sistem
hubungan peran, peraturan, dan prosedur di antara para anggotanya, akan
ditanggapi oleh penafsiran dan pengembangan para pekerja di tingkat informal.
Kelompok informal pembentukannya lebih didasarkan pada hubungan dan persetujuan
informal di antara para anggota kelompok ketimbang hubungan peran yang telah
ditentukan manajemen. Hubungan informal tersebut dibentuk untuk memuaskan
kebutuhan sosial dan psikologis para anggota kelompok, sehingga tidak mesti
berhubungan dengan tugas-tugas organisasi yang harus mereka laksanakan.
Kelompok mungkin saja menggunakan aneka cara demi memuaskan afiliasi anggota
dan motivasi sosial lainnya yang dianggap kurang tersedia di dalam situasi
kerja organisatoris. Kelompok informal ini utamanya banyak terentuk dalam
organisasi industri. Keanggotaan dalam kelompok informal dapat bersifat lintas
struktur formal. Mereka terdiri atas individu yang berasal bagian organisasi
yang berbeda ataupun tingkatan yang berbeda pula, baik vertikal, diagonal,
maupun horisontal. Kelompok informal dapat bercorak serupa dengan kelompok
formal, ataupun bisa pula terdiri atas sebagian kelompok formal. Anggota
kelompok informal mengangkat pemimpin informalnya sendiri yang nantinya
menjalankan otoritas dengan persetujuan dari para anggota. Pemimpin informal
biasanya dipilih berdasarkan kriteria kemampuan seseorang dalam mewakili nilai
dan sikap para anggota, membantu menyelesaikan konflik, memimpin kelompok untuk
memuaskan kebutuhannya, atau bernegosiasi dengan manajemen atau orang lain di
luar kelompoknya.
Robbins menyebut
sejumlah klasifikasi kelompok, yang menurutnya terdiri atas : (1) Kelompok
Komando, (2) Kelompok Pekerjaan, (3) Kelompok Kepentingan, dan (4) Kelompok
Pertemanan. Kelompok 1 dan 2 ada dalam ikatan kelompok formal, sementara
kelompok 3 dan 4 ada dalam ikatan kelompok informal.
1.
Kelompok
Komando ditentukan oleh bagan organisasi. Ia terdiri atas
bawahan yang melapor langsung pada manajer tertentu. Kepala sekolah SD berikut
12 gurunya membentuk kelompok komando dalam mensupervisi seluruh guru. 2.
2.
Kelompok Pekerjaan
juga ditentukan secara organisasional, mewakili orang-orang yang bekerja secara
bersama guna menyelesaikan pekerjaan. Kendati begitu, batasan di dalam kelompok
pekerjaan tidak hanya pada atasan langsungnya secara hirarkis. Ia bisa lintas
hubungan komando antar departemen. Misalnya, jika seorang mahasiswa dituduh
dalam kasus kriminal, kasus tersebut membutuhkan komunikasi dan koordinasi
diantara Pembantu Ketua, Senat Mahasiswa, BAK, bagian keamanan, dan Penasehat
Akademik. Bentuk koordinasi tersebut membentuk kelompok pekerjaan. Harus
dipahami, seluruh kelompok komando juga merupakan kelompok pekerjaan, tetapi
karena kelompok pekerjaan dapat lintas organisasi, maka kelompok pekerjaan
tidak otomatis dianggap kelompok komando.Orang yang tergabung ke dalam kelompok
komando ataupun kelompok pekerjaan bisa terafiliasi dengan suatu tujuan
spesifik yang menarik perhatiannya. Jika tarikan untuk berafiliasi yang
didasarkan atas kepentingan ini terjadi, maka kelompok yang terbentuk adalah
3.
kelompok
kepentingan. Pekerja yang tergabung bersama guna menggagas piknik
(kepentingan rekreasi), membela rekannya yang dipecat secara tidak hormat
(kepentingan keamanan posisi), atau mencari tunjangan perusahaan (kepentingan
ekonomi) merupakan bentuk kegiatan kelompok kepentingan.
4.
Kelompok juga kerap dibangun akibat
adanya kenyataan bahwa para anggota secara individual punya satu atau beberapa
karakteristik yang sama. Ini bisa disebut kelompok pertemanan. Kesetiaan
sosial, yang kerap meluas hingga keluar lingkungan kerja, dapat didasarkan
pada, kesamaan usia atau asal-usul etnis, dukungan pada kesebelasan Manchester
United, atau kesamaan garis politik selaku pendukung Partai Keadilan
Sejahtera. Kelompok informal menyediakan fungsi penting dengan memuaskan
kebutuhan sosial anggotanya.
Berikut
adalah alasan mengapa orang bergabung ke dalam kelompok
BAB
III
PENUTUP
A. Simpilan
Menurut Davis dan Newstorm
(1995) , ada empat model perilaku organisasi yang menunjukkan evolusi pemikiran
dan perilaku pada bagian manajemen dan manajer. Empat model atau kerangka kerja
organisasi adalah:
1.
Otokratis
2.
Kustodian
3.
Mendukung
4.
Kolegial
Dalam suatu organisasi visi
misi atau tujuan merupakan bagian yang paling penting. Dengan adanya tujuan
pelaku dalam organisasi dapat termotivasi untuk melakukan pekerjaan sehingga
dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal.
B.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang model dan perilaku organisasi, sehingga dapat dijadikan sebagai
referensi untuk menjalankan suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Davis,
Keith., dan John W. Newstrom. (1995). Perilaku Dalam Organisasi. Edisi
Ketujuh. Terjemahan. Jakarta : Erlangga.
Ivancevich
D, Gibson. (1995). Organisasi.
Jakarta: Binarupa aksara.
Molan,
Benyamin.(2006). Perilaku Organisasi.
Jakarta: Gramedia.
Robbin,
Stephen P. (2003). Organizational Behavior, Thent Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc. alih bahasa
Thoha,
Miftah. (1983). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Artikelnya bagusss...
BalasHapusPemimpin memiliki peran yang sangat vital dalam organisasi. Jadi hidup sebuah organisasi tergantung dari kualitas pemimpinnya.
Sekedar ingin berbagi aja, barangkali bisa menambah sedikit referensi mengenai kualitas kepemimpinan yang dapat dijadikan teladan.
Klik --> Makalah Peran Kepemimpinan di Martha Tilaar
Ya dalam sebuah organisasi pemimpin akan memberi warna dan menjadi alasan kemana organisasi akan dibawa, sukses atau gagalnya organisasi tergantung pada seorang pemimpin. Terima kasih telah mengunjungi blogs ini... Semoga bermanfaat.
HapusHarrah's Atlantic City, NJ Jobs | Mapyro
BalasHapusSearch 보령 출장안마 for jobs at Harrah's 포항 출장샵 Atlantic City, NJ from Mapyro. Browse 용인 출장마사지 through 130 Harrah's 광주 출장마사지 Atlantic City 광주광역 출장샵 jobs right here on Mapyro!