DUNIA TANPA BATAS
Juning, 10 Juli
2009
Disini semua disajikan tanpa batas
Tanpa batas pandangan
Sehingga mata bebas memandang
Tanpa batas marah
Sebab api matahari menggodok darah
Tanpa
batas sabar
Tanpa
batas berbuat jahat
Tanpa
batas berbuat baik
Tanpa
batas memaki
Tanpa
batas mencela
Tanpa
batas tertawa
Tanpa
batas menangis
Tanpa batas merasakan dingin
Yang membuat bibir hanya mampu bergetar
Tanpa batas merasakan panas
Yang seakan seperti tempe diatas wajan
Seperti itu pula kulit menjadi gosong
Tanpa batas merasa sengsara
Karena beban dipundak
Dengan jalanan berlumpur
Yang berubah menjadi jalanan tajam
Saat musim tiba bergilir
Disini tak ada topeng
Semua wajah tanpa topeng
Semua ekspresi adalah murni
Hakikat dari luapan hati
Yang mengalir Tanpa batas
Tanpa batas
Benar-benar tanpa batas.
*
Cak Paat
Neraka Kecil
Juning,
29 September 2009
Jagung
Berdiri dari sejari
Sampai siul manis sorak jemari
Meski ada juga yang gigit jari
Daun jagung
Membelai pipi yang sudah berkulit tebal
Belaiannya akrab
Hingga tak terasa ia menusukkan jarum-jarum kecil
Dikulit kering yang terpaksa lembab
Oleh embun dan uap
Yang dikirim dari neraka
Dengan aroma keringat yang sedap
Ini adalah neraka kecil
Yang diujung jalan ada surga bayangan
Benar-benar
hanya bayangan
Yang terkikis rapi dan tergaris
Oleh jalanan panjang
Yang ditambah panjang
Sama dengan panjang
Neraka kecil
Mampir meniup ubun-ubun dan ketiak
Hingga keringat mengalir tanpa semillir
Neraka kecil
Ada diantara jagung yang menguning
Yang keluar Perlahan
Mengolah keringat kecut
Para manusia yang hanya mampu tersenyum kecut
Sebab surga tak kunjung tiba.
******
Cak Paat
Restoran Para Dewa
Juning, 30
September 2009
Menata padi satu demi satu
Dengan punggung membungkuk
Mengikuti perjalanan matahari
Yang memudarkan klambi lusuh
Dengan muka terbasuh Keringat keruh
Tiada kursi diladang ini
Bahkan untuk sekedar bersandar
Yang ada hanya harapan tertata rapi
Bersama padi tertancap dan bersemi
Dengan barisan kokoh di tanah yang terus tersirami
Meski miring ketika terinjak kaki
Seperti kami...........
Inilah hakikat
Mulai menanam dengan modal serba mengikat
Akhirnya hasil panen terjerat
Dan besoknya kembali mencicipi
Menu-menu istimewa dari restoran para dewa
Kikil linu, capek kerja, lauk ijon campur bon
Dan minumnya keringat hangat
Dan setelah memakan siapapun tak bisa buang tai
Dipinggir kali
Cocok sekali untuk musim ini
Dingin dan menggigil
Membirukan kulit yang tak bisa biru
Dengan lahap kami menyantap
Hidangan di meja merah para dewa
KEPARAT...........!
Kami seperti bola kecil
Yang sedang dimainkan para dewa
Yang dipukul kesana kemari
Sampai pecah
Hingga tak mampu menggelinding
Bersama kerbau dan sapi
Yang terikat tali
Dan terkendali
Dari restoran dewa-dewi.
#####
Cak Paat
Senyumnya (Petani)
Juning, 1 Maret 2006
Tangis dan tawa
Baginya tiada beda
Walau badan tersakiti
Senyumnya terpancar menyusuri
Selamanya bagai mentari
Selalu berjalan
Meski tertutup awan
Menanam harapan
Di tengah badai dan hujan
Tetap tersenyum
Menahan siksa
Menanti buah jerih payah
Pekerjaannya bagai rodi
Harus bertahan meski tersakiti
Saat tiba waktu menuai
Kebahagiannya tak terlukis dengan kata
Walau harus berdiri sepanjang hari
Di bawah panasnya mentari
Ditengah dinginnya hujan
Berjalan dengan beban
Senilai empat badan
Sungguh menakutkan
Bila terlintas dalam pikiran
Panas dan beban
Bersatu menaruh jera
Tapi tak sedikitpun keluyh kesah
Dan tak sekalipun ingin pergi atau lari
Semua itu harapannya
Itulah kebahagiaannya
Tersenyum ditengah derita
Tertawa dengan badan lelah.
##
Cak Paat
Manusia perkasa
Juning, 30
September 2009
Segar
Hujan mengguyur
Badan dengan atribut lumpur
Semua jadi meleleh Beriring dengan otot kendur
Lelah
Terasa indah
Saat semua bejalan demi darah
Yang mengalir di denyut nadi si kecil yang nampak
pasrah
Menunggu
Sambil termangu
Memainkan gendang perut di depan pintu
Menghela nafas berharap akan segera datang ayah
dan ibu
Basah
Kusut baju dan wajah
Berlari kecil pulang dari sawah
Dengan bibir biru mereka berkata ”Mantuk cepet
amergo jawah”
Keras
Bekerja dibawah panas
Mengalir, menguap, dan membeku saat hujan deras
Mereka adalah manusia perkasa yang tetap bertahan
meski tenaga habis terkuras
**
Cak
Paat